Saturday, September 26, 2009

siapakah "KAMI" dalam Al Qur'anul Karim ?

Bismillahirrohmanirrohim...

Betul bahwa Allah sering menggunakan kata-kata "Kami-Nahnu atau na" dalam al-Qur'an.

Pengertian KAMI menurut Harun Yahya, seorang ulama dan penulis Islam terkenal :

Kata ”Kami” dalam ayat ini berarti Allah sendiri. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah tidak punya sekutu. Dialah Allah Yang Maha Perkasa, Pencipta segalanya dan Zat Yang meliputi segala sesuatu dalam pengetahuan-Nya.

Dalam beberapa bagian Al Qur'an, Allah menyebut diri-Nya dengan kata ”Aku”, dan dalam beberapa bagian lain dengan kata ”Kami”. Dalam bahasa Arab, yaitu bahasa Al Qur'an, kata ”Kami” juga digunakan untuk menyebutkan satu orang dengan tujuan menambahkan kesan berkuasa dan rasa hormat pendengarnya. Dalam Bahasa Indonesia, kita pun kadang-kadang menyebutkan ”kami” meskipun yang kita maksud adalah ”saya” untuk lebih terkesan sopan. Dalam bagian-bagian berikut dalam buku ini, kalian akan melihat contoh ayat-ayat (dari Al Qur'an) dan surat (bab-bab Al Qur'an). Semuanya adalah kata-kata yang paling benar karena merupakan kata-kata Allah, Yang mengetahui diri kita lebih baik, bahkan dibandingkan diri kita sendiri.

Allah menggunakan kata-kata Kami, ada makna khusus yang ingin disampaikan oleh Allah lewat ayat-ayat tsb.

A. Konteks penggunaan pertama.

Kata Kami bermakna bahwa dalam mengerjakan tindakan tersebut, Allah melibatkan unsur-unsur makhluk [selain diri-Nya sendiri].
Dalam kasus nuzulnya al-Qur'an, makhluk-makhluk yang terlibat dalam pewahyuan dan pelestarian keasliannya adalah sejumlah malaikat, terutama Jibril;
kedua Nabi sendiri; ketiga para pencatat/penulis wahyu; keempat, para huffadz [penghafal] dll.[Coba perhatikan baik-baik, kebanyakan ayat-ayat
yang bercerita tentang turunnya al-Qur'an [dalam format kalimat aktif], Allah cenderung menggunakan kata Kami].

Contoh
"Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Zikr [al-Qur'an] dan Kami Penjaganya [keaslian]".

[Contoh lain coba lihat
ayat-ayat tentang mencari rezki. Dalam ayat-ayat tsb. Allah sering menggunakan
kata Kami; artinya, rezki harus diusahakan oleh manusia itu sendiri, walaupun
kita juga yakin bahwa rezki sudah ditentukan oleh Allah]

B. Konteks penggunaan kedua

Kata kami secara sosio-linguistik Arab bermakna "ta'dzim" [kata-kata yang sopan
untuk menghilangkan kesan keakuan terutama ketika kita bicara kepada orang besar, atau orang banyak]. Nah dalam arti ini, ketika dipakai kata Kami, ayat tersebut menggambarkan proses komunikasi dengan etika yang lebih sopan [mungkin seperti cara ngomong orang jawa dengan bahasa "ngoko"]

C. Konteks penggunaan ketiga.

Ayat yang menggunakan kata Kami biasanya menceritakan sebuah peristiwa besar
yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar manusia, seperti penciptaan Adam, penciptaan bumi, dan langit. Di sini, selain peristiwa itu sendiri yang nilai besar, Allah sendiri ingin menokohkan/memberi kesan "Kemahaan-Nya" kepada manusia, agar manusia dapat menerima/mengimani segala sesuatu yang berada di luar jangkauan nalar/rasio manusia.
Contoh.
"Sesungguhnya KAMI telah menciptakan
kamu (Adam), lalu KAMI bentuk tubuhmu,
kemudian KAMI katakan kepada para malaikat:
"Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka
merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk
mereka yang bersujud" [al-A'raf 7:11]

LEBIH LANJUT :

Adapun bahasa arab, memang punya 14 dhamir atau kata ganti orang. Mulai dari huwa sampai nahnu. Huwa adalah kata ganti untuk orang ketiga, tunggal dan laki-laki.

Di dalam Al-Quran, penggunaan kata ganti orang ini sering juga diterapkan untuk lafadz Allah SWT. Al-Quran membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa). Di mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci.

Kalau ternyata Al-Quran menggunakan kata ganti Allah dengan lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki.

Penggunaan kata ganti huwa (yang sebenarnya untuk laki-laki) adalah ragam keistimewaan bahasa arab yang tidak ada seorang pun meragukannya.

Maka demikian pula dengan penggunaan kata nahnu, yang meski secara penggunaan asal katanya untuk kata ganti orang pertama, jamak (lebih dari satu), baik laki-laki maupun perempuan, namun sama sekali tidak berarti Allah itu berjumlah banyak.

Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab, sementara orang arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa.

Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.

Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan begini, "Kami menyampaikan salam kepada kalian", apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata "kami" yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.

Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang tertutup akal sehatnya sajalah yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya gara-gara Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.

Kata "KAMI" memiliki makna "litta'zhim" (memuliakan). Dalam bahasa gampangnya Alloh tidak sombong, Begitulah kasih sayang Alloh kapada kita hambaNya, walaupun Dia yang menciptakan kita Dia masih menjaga perasaan kita hambaNya. Dan dengan kata "KAMI" kita merasa enak dan di hormati. Walau pada dasarnya Alloh tidak mengharapkan apapun dari kita HambaNya.

hanya untuk memudahkan pemahaman saja. laisa kamitslihi syaiun (tidak ada yang menyerupai Tuhan) dalam apa saja dan dimana saja, semuanya itu hanya untuk memudahkan pemahaman kita saja.

AL QUR'ANUL KARIM itu bukan hanya tergantung pada 1 surat saja, seringkali orang hanya membaca tafsiran Al-Quran,,,jangan baca memakai tafsiran saja, itu hanya penafsiran terhadap bahasa Arab.
Jangan samakan injil dengan Al-Quran yang memakai bahasa Indonesia (tidak asli karena seharusnya berbahasa yahudi, sedangkan Al-Quran itu memakai bahasa Arab untuk pengartian itu hanya penafsiran bahasa saja)
tidak ada Al-Quran yang berbahasa Indonesia yang ada Penafsiran Al-Quran yang berbahasa Indonesia, tapi untuk injil mungkin ada yang berbahasa Indonesia. (perhatikan perbedaannya)

"Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih".(QS.16:63)

Orang-orang yang sempit hatinya dan memiliki penyakit didalam hatinya selalu memakai ayat ini sebagai senjata dalam da'wah mereka dan mengatakan bahwa kata "KAMI" disitu adalah perkataan Rasulullah

sebenarnya ayat tersebut bukanlah hal yang rumit untuk di mengerti apabila tujuan dari pertanyaan itu bukanlah semata-mata bukan untuk mencari kesalahan dan pertentangan di dalam Alquran.

semoga anda dapat memahami ayat tersebut dengan baik dan benar-benar bertujuan untuk menambah pengetahuan ttg Islam, dan mudah2an Allah memberikan hidayah kepada kita semua, amin

0 comments: